Paskah Ekologis

Renungan

Dalam Ekaristi Pontifikal (red. misa dipimpin Uskup dengan berkat khusus) Minggu Paskah (12/4), Kardinal Mgr. Ignatius Suharyo (Uskup Agung Jakarta) mengutip sebuah pernyataan bahwa bisa jadi wabah adalah reaksi natural atas kesalahan manusia secara kolektif terhadap alam. Dalam perspektif iman disebut sebagai dosa ekologis. Wabah muncul karena manusia telah merusak tatanan dan harmoni alam. Perusakan alam membuat alam tdak seimbang lagi yang berakibat sangat luas dan beragam. Misalnya pemanasasan bumi, perubahan iklim, polusi yang mengotori semua elemen alam (air, darat, udara), dan munculnya berbagai penyakit baru. Ketidakseimbangan alam ini membuat tubuh manusia tidak seimbang pula, imunitas melemah, sehingga manusia rentan terhadap wabah. Seharusnya alam punya caranya sendiri untuk meredam wabah; tetapi ketika nafsu, keserakahan, dan kesombongan manusia merusak alam maka wabah tidak terbendung.

Menurut Paus Fransiskus; dengan keserakahannya, manusia mau menggantikan tempat Allah dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan alam. Kita semua terlibat dalam dosa terhadap harmoni alam yang telah diciptakan sebagai semua baik dan amat baik adanya (red. lihat Kitab Kejadian 1:31). Itulah dosa ekologis! (red. ekologi: relasi antara makhluk hidup dengan lingkungannya)

Wabah adalah isyarat alamiah karena manusia telah mengingkari jati dirinya sebagai citra Allah yang bertugas menjaga harmoni alam, bukan merusaknya. Wabah menyadarkan bahwa manusia adalah ciptaan yang rapuh dan tidak mungkin bertahan jika alam ciptaan lainnya dihancurkan.  Dalam ekaristi tersebut, kita juga diajak merayakan Paskah Ekologis. Kita dibebaskan dari dosa ekologi kolektif (red. bersama-sama) maupun pribadi, dibebaskan dari sikap tidak peduli terhadap alam atau bahkan nafsu merusak alam, serta dianugerahkan kekuatan kepada kita untuk mewujudkannya. Memulihkan alam yang rusak dan merawat, serta menjaganya sebagai ibu bumi, rahim kehidupan yang sejahtera.

Paskah kali ini juga mengingatkan kita tentang ensiklik (red. surat amanat/edaran Paus) Laudato Si’, mi’ Signore (silakan diklik) tentang perawatan rumah kita bersama. Paus Fransiskus pernah mengingatkan kita tentang bagaimana seharusnya manusia beragama dan beriman bersikap atas alam dan lingkungannya.

Banyak media yang memberikan bukti bahwa dengan adanya wabah, keseimbangan alam mulai terbentuk lagi. Berbagai polusi dan kerusakan yang disebabkan ulah manusia, berangsur-angsur menurun. Salah satunya adalah berita yang dirilis oleh www.detik.com (silakan diklik) dan video (silakan diklik) yang beredar di media sosial baru-baru ini. Mari, dalam stay at home (tinggal di rumah) ini kita berefleksi dan belajar dari alam. Selamat menjalankan Paskah Ekologis. Berkah Dalem.

Sumber ilustrasi: https://www.telegraph.co.uk/travel/lists/the-worlds-most-magical-jungles/ dan https://keuskupanbogor.org/ensiklik-laudato-si-edisi-bahasa-indonesia/

Leave a Reply